Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Rahasia Rahasia Bersuci

Rahasia Rahasia Bersuci

Rasulullah SAW bersabda, “Wudhu adalah setengah iman.” Beliau juga ber­sabda, “Agama dibangun atas dasar ke­bersihan.” Beliau pun bersabda, “Kunci shalat adalah bersuci.” Dan Allah SWT ber­firman yang artinya, “Di dalamnya ada orang-orang yang ingin member­sih­kan diri.” (QS At-Tawbah: 108).


Mulai sekarang, kajian kitab kuning kita memasuki pembahasan tentang masalah-masalah iba­dah, yang diawali dengan rahasia-raha­sia bersuci. Pengarang menjelaskan ting­katan-tingkatan bersuci, yang sangat penting kita ketahui dan pahami. Marilah kita ikuti keterangan pengarang dan pen­jelasannya tentang masalah rahasia bersuci.


Pengarang mengatakan:


Rasulullah SAW bersabda, “Wudhu adalah setengah iman.” Beliau juga ber­sabda, “Agama dibangun atas dasar ke­bersihan.” Beliau pun bersabda, “Kunci shalat adalah bersuci.” Dan Allah SWT ber­firman yang artinya, “Di dalamnya ada orang-orang yang ingin member­sih­kan diri.” (QS At-Tawbah: 108).


Penjelasan Pengasuh


Orang-orang yang memiliki mata hati memahami dengan keterangan-kete­rangan yang nyata ini bahwa hal yang terpenting adalah menyucikan bathin, ka­rena tidak mungkin yang dimaksud de­ngan sabda Nabi SAW “Bersuci adalah setengah iman” adalah member­sihkan lahir dengan menuangkan air se­dangkan bathinnya ia biarkan dipenuhi kotoran-kotoran. Tidak mungkin, tidak mungkin demikian.


Kemudian pengarang menjelaskan tingkatan-tingkatan bersuci dengan mengatakan:


Bersuci itu memiliki empat tingkatan. Pertama, menyucikan lahiriah dari ha­dats. Kedua, menyucikan anggota-ang­gota tubuh dari kesalahan dan dosa. Ke­tiga, menyucikan hati dari akhlaq yang tercela. Keempat, menyucikan sir dari se­lain Allah, dan ini merupakan bersuci­nya para nabi dan para shiddiqin.


Bersuci dalam setiap tingkatan me­rupakan setengah amal yang terdapat di dalamnya, karena dalam setiap ting­katan terdapat takhliyah (mengosong­kan) dan tahliyah (menghiasi). Mengo­song­kan (dari sesuatu) merupakan se­tengah amal, karena yang lainnya (yang setengahnya lagi) tergantung kepada­nya. Itu ditunjuk­kan dalam firman Allah yang artinya, “... Katakanlah, ‘Allah-lah (yang menurun­kannya)’, kemudian (se­sudah engkau me­­nyampaikan Al-Qur’an kepada me­reka) biarkanlah mereka...” (QS Al-An`am: 91). Firman Allah yang arti­nya “Kemudian biarkanlah mereka”  adalah mengosongkan (hati) dari selain Allah.


Demikian juga dengan hati. Ia harus di­kosongkan dari akhlaq yang tercela, kemudian dihiasi dengan akhlaq yang ter­puji. Anggota-anggota tubuh pun ha­rus dikosongkan dari dosa-dosa dan ke­mudian dihiasi dengan ketaatan. Ma­sing-masing dari tingkatan ini merupa­kan syarat untuk menyelami tingkatan yang sesudahnya. Jadi, pertama-tama menyucikan lahiriah, kemudian menyuci­kan anggota tubuh, lalu menyucikan hati, dan setelah itu menyucikan sir.


Maka tidak semestinya engkau men­duga bahwa yang dimaksud dengan ber­suci itu adalah menyucikan lahiriah saja (Jika demikian) engkau akan luput dari yang dimaksud. Dan jangan engkau men­duga pula bahwa tingkatan-tingkat­an ini dapat dicapai dengan angan-angan dan diperoleh dengan mudah. Karena sesungguhnya, jika engkau gu­nakan seluruh umurmu untuk itu, mung­kin engkau hanya akan mendapatkan sebagian dari maksud-maksud itu.


Penjelasan Pengasuh


Setiap kali yang dituntut itu sesuatu yang langka dan mulia, perjalanannya menjadi lebih sulit dan lebih lama, dan kendalanya lebih banyak. Maka jangan­lah Anda menduga bahwa hal ini dapat dicapai dengan angan-angan dan dapat diperoleh dengan mudah.


Ya, orang yang buta mata hatinya dari tingkatan-tingkatan ini hanya me­mahami tingkatan yang terakhir yang dia itu seperti kulit terluar yang tampak di­bandingkan isinya yang dicari. Maka ia hanya me­nyibukkan diri dan menghabis­kan semua waktunya untuk istinja, mem­basuh pakai­an, membersihkan bagian luar tubuhnya, dan mencari air yang ba­nyak karena me­nyangka bahwa bersuci yang dituntut dan mulia itu hanyalah ini. Ia tidak mengetahui tingkatan-tingkatan yang sebelumnya dan tidak mengguna­kan waktunya untuk menyucikan hatinya.



Al-Mursyid Al-Amin Karya Al-Ghazali oleh: K.H. Saifuddin Amsir
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger